PANDEMI Covid-19 sepertinya masih jauh dari kata usai. Pasalnya beberapa negara di dunia saat ini baru saja memecahkan rekor infeksinya.
Kasus Covid-19 tercatat terus dan masih mengalami kenaikan. Munculnya varian Delta hingga persoalan kelompok anti vaksin menjadi penyebab.
Negara yang mengalami kenaikan ini? Berikut rangkumannya
Australia
Australia mulai memecahkan rekor infeksi Covid-19 sejak pekan lalu. Infeksi harian bahkan menembus level di atas 1.500 kasus dalam sehari.
Dalam laporan Minggu (12/9/2021), kasus harian juga mencapai rekor tertinggi sepanjang wabah masuk ke negeri itu. Di mana ada 2.043 kasus terdeteksi.
Sementara hari ini dilaporkan ada 1.655 kasus baru. Saat ini ada 36.456 kasus Covid-19 aktif di negeri itu.
Negara bagian New South Wales (NSW) masih menjadi pusat wabah terburuk. Selain itu, kemarin, negara bagian Victoria juga mencatat kenaikan kasus tertinggi dalam 13 bulan terakhir, bahkan mengambil ancang-ancang buat lockdown.
Mengutip Worldometers, secara total, sudah ada 73.610 warga dan penduduk Australia yang terinfeksi Covid-19 sejak 2020. Ada total 1.091 kematian tercatat.
Australia selama ini dikenal selalu memiliki angka infeksi yang kecil. Kenaikan ini dianggap cukup mengejutkan.
Beberapa pihak di negara itu menduga bahwa angka infeksi masih bisa memburuk. Apalagi dengan keberadaan varian Delta.
Singapura
Singapura merupakan salah satu negara yang mengalami gelombang pandemi. Dalam beberapa hari terakhir, Negeri Singa itu telah mencatatkan penambahan kasus yang sangat signifikan.
Jumat (10/9/2021) Siangpura rekor tertinggi kasus lokal yakni 573 pasien baru. Kemarin dan Sabtu angkanya turun sedikit meski masih dikisaran 500 kasus.
Secara detil, pemerintah Singapura menyatakan 16 klaster aktif yang pengawasan ketat. Kemarin muncul satu klaster baru yakni kantor supply DHL di negeri itudengan total 28 kasus Covid-19.
Selain DHL, klaster lain yang diawasi dan mencatat kasus terbanyak sejauh ini adalah situs konstruksi 30 Sunview Way. Lalu ada pula Chinatown Complex, China Bee Aveneu, 335 Serangoon Aveneu, Sembcor[ Marine Tuas Boulevard Yard, RS Umum Changi, BugiS Junction, Asrama 119 Neythal Road dan sejumlah klaster pergantian bus yakni Toah Payuh, Tampine, Boon Lay, Bishan, Jurong East, Clementi, dan Punggol.
Dari awal Covid-19 masuk ke Singapura hingga kini, negeri itu sudah mencatat 71.687 kasus. Saat ini tercatat ada total 58 kematian di negeri itu.
Sementara itu, secara terpisah, pekan lalu, pemerintah Singapura menyebut bahwa jumlah infeksi itu belum mencapai puncaknya. Saat ini negara itu sedang bersiap untuk menangani seribu infeksi setiap hari.
“Bagi kami, ini terjadi lebih cepat dari yang kami harapkan, dan ini juga pertama kalinya sejak (pembukaan kembali) kami menghadapi gelombang infeksi baru yang eksponensial di komunitas kami,” kata Menteri Keuangan dan ketua bersama gugus tugas Lawrence Wong.
“Segera, kita akan mencapai 1.000 kasus baru sehari, dan dalam waktu beberapa minggu, kita mungkin akan mencapai 2.000 kasus baru sehari.”
Malaysia
Malaysia juga merupakan negara yang masih dilanda gelombang pandemi yang cukup besar. Meski sebelumnya telah menerapkan penguncian ketat, beberapa hari terakhir negeri Jiran itu masih melaporkan jumlah kasus diatas 17 ribu perhari.
Puncaknya terjadi pada 26 Agustus lalu di mana jumlah kasus berada di angka 24.599 dalam satu hari. Mengutip data CovidNow in Malaysia, hari ini, keterisian ICU di negeri tersebut sudah 83,9%.
Secara rinci Direktur Jenderal Kesehatan Noor Hisham Abdullah, menyebut bahwa rumah sakit di tujuh dari 13 negara bagian Malaysia melaporkan kapasitas ICU yang menembus 90%. Bahkan, di negara bagian Kedah, kapasitas ICU menembus angka 122%.
Dalam menangani pandemi, Menteri Kesehatan Khairy Jamaluddin mengatakan bahwa pihaknya sedang mempertimbangkan untuk melakukankebijakan pengujian nasional bila Covid-19 sudah menjadi endemik. Dalam kebijakan ini nantinya masyarakat dapat melaksanakan tes sendiri tanpa perlu pergi ke fasilitas kesehatan.
Mengutip Worldometers, total kasus Covid-19 di Malaysia dari awal hingga saat ini 1.979.698. Ada 20.711 kematian sejak pandemic masuk di 2020.
Korsel
Negeri K-pop ini juga nyatanya mulai merasakan gelombang baru virus corona. Dalam hampir sepekan terakhir, angka infeksi di negara itu melonjak tajam hingga menembus angka 1.500 kasus perhari.
Puncaknya terjadi pada 8 September. Di mana jumlah kasus menembus 2.049 infeksi dalam sehari.
Angka infeksi yang cukup tinggi ini memaksa pemerintah Negeri Ginseng untuk memodifikasi peraturannya terkait Covid-19.Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan mengatakan negara itu berencana untuk mengizinkan pasien Covid-19 bergejala ringan diisolasi di rumah setelah sebelumnya mengharuskan seluruh pasien corona untuk dirawat di faskes dan sebuah fasilitas isolasi khusus.
Sementara itu, pemerintah Korsel juga sedang merancangstrategi untuk membuka negara itu dari beberapa pembatasan terkait Covid-19setelah cukup banyak populasi divaksinasi sepenuhnya.
Mengutip Komisaris Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA). Jeong Eun-kyeong, kantor kepresidenan Korsel Blue Housemengatakan begitu 80% orang dewasa telah menerima kedua dosis tersebut, serta 90% orang berusia di atas 60 tahun, pembatasan kehidupan sehari-hari dapat dilonggarkan di seluruh negeri.
Meski begitu, data terakhir yang diperbaharui Sabtu, (11/9/2021), menyebut bahwa baru 45% populasi yang tervaksinasi penuh. Secara keseluruhan, Korsel telah mencatatkan 272 ribu infeksi Covid yang diiringi 2.359 kematian sejak pandemi melanda hingga saat ini.
Amerika Serikat (AS)
Pandemi Covid-19 semakin dalam posisi yang mengkhawatirkan di Amerika Serikat (AS). Meski memiliki angka vaksinasi yang cenderung tinggi, negara itu tetap mengalami peningkatan infeksi yang signifikan, bahkan lebih dari 1000% bila dibandingkan Juni lalu.
Mengutip data milik Worldometers, dalam sepekan terakhir angka kasus rata-rata bertengger di level diatas 100 ribu perhari. Kasus mulai turun pada 11 dan 12 September dengan masing-masing tanggal mencatatkan 72 ribu dan 35 ribu kasus harian.
Para analis kesehatan menganggap kenaikan tinggi ini terjadi akibat dari pelonggaran-pelonggaran yang berlaku pada liburan musim panas. Publik seakan sudah menganggap corona telah hilang dan mengabaikan protokol.
“Kita berada di pertengahan musim panas, orang-orang mulai berkumpul, mereka dalam kelompok yang besar. Vaksin telah membuat mereka merasa aman, dan mereka lupa dengan protokol kesehatan,” kata dr. Perkin Halkitis, dekan di Rutgers School of Public Health, dalam wawancara bersamaCNBC International.
Sementara itu, angka vaksinasi juga menjadi sebuah catatan yang penting dalam gelombang pandemi kali ini. Pasalnya masih banyak warga yang belum menerima suntikan vaksin. Hal ini bahkan sempat membuat Presiden Joe Biden murka.
“Meskipun memiliki program vaksinasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dan berhasil … selama hampir lima bulan, vaksin gratis telah tersedia di 80.000 lokasi berbeda, kita masih memiliki hampir 80 juta orang Amerika yang gagal disuntik,” kata Biden, dikutip dari CNBC International.
Biden mengatakan dia kehabisan kesabaran. Apalagi karena menunggu warga Amerika yang memilih tidak mau divaksinasi.
“Apa lagi yang harus ditunggu? Apa lagi yang perlu Anda lihat? Kami telah membuat vaksinasi gratis, aman dan nyaman. Vaksin memiliki persetujuan FDA, lebih dari 200 juta orang Amerika mendapatkan setidaknya satu suntikan,” kata Biden.
“Kami sudah bersabar, tetapi kesabaran kami menipis, dan penolakan itu merugikan kami semua. jadi tolong lakukan hal yang benar.”
Dengan penambahan ini, AS tetap menjadi negara yang menemukan kasus Covid-19 terbanyak di dunia. Negara Paman Sam tu mencatatkan 41,8 juta infeksi yang diiringi 677.988 kematian