EKONOMI senior dari Universitas Indonesia, Emil Salim, mengkritik rencana pemerintah mengembangkan pariwisata di kawasan Hutan Bowosie, Nusa Tenggara Timur. Proyek itu akan menyasar area hutan seluas 400 hektare.
Emil Salim mengatakan NTT merupakan kawasan kering dengan jumlah hutan alami yang sangat minim. Dengan wacana pengembangan pariwisata kawasan hutan, dikhawatirkan defisit lahan hijau semakin lebar.
“Kini hutan Bowosie direncanakan ditebang untuk pembangunan pariwisata super-premium kawasan Labuan Bajo,” kata Emil dalam akun Twitter resminya @emilisalim2010, Rabu, 2 Maret
Sejumlah pihak, kata Emil, telah membuat petisi agar pemerintah menyelamatkan kawasan hutan. Emil kemudian meminta rencana pengembangan pariwisata yang akan berdampak terhadap hutan itu dikaji kembali dan dibatalkan.
“Bisakah Badan Otoritanya membatalkannya? Tolong dibantu!” kata dia.
Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores Shana Fatina belum memberikan respons atas kritik Emil saat dihubungi melalui aplikasi perpesanan instan. Namun dalam keterangan tertulis pada 1 Maret 2022 lalu, ia menjelaskan mengenai rencana pengembangan wisata di Hutan Bowosie.
<!–more–>
Shana mengatakan menurut analisis Badan Pelaksana Otorita, proyek pariwisata ini akan menyerap 10 ribu tenaga kerja. Adapun pengembangannya akan terbagi menjadi empat zona yang mencakup cultural district, adventure district, wildlife district, dan leisure district.
Zona budaya dikembangkan di lahan seluas 26 hektare dan 88,73 hektare. Zona ini terbagi atas dua area.
Selanjutnya zona santai akan dikembangkan di lahan seluas 20,49 hektare dan 42,32 hektare. Sementara itu zona alam akan mencakup 89,25 hektare dan zona petualangan 132,43 hektare.
Pengembangan kawasan Hutan Bowosie akan berjalan mulai Maret 2022. Proyek ini diawali dengan pembangunan dan penataan sarana-prasarana pariwisata.