GELOMBANG dukungan berdatangan menyusul adanya kabar pemecatan dr Terawan Agus Putranto, SpRad. Satu per satu pihak yang merasa pernah ditolong membela dr Terawan, yang juga Kepala RSPAD.
Jenderal Mulyono
“Ya bela saja sepanjang kita bagus (sehat), kenapa?” ujar KSAD Jenderal Mulyono saat ditemui di kompleks Istana Kepresidenan, dilansir detik.com, Jakarta Rabu (4/4/2018).
Mulyono juga mempertanyakan kabar pemecatan dr Terawan oleh IDI. Menurut Mulyono, IDI tak pernah berkomunikasi dengan pihaknya. Mulyono bahkan menilai IDI main ‘tembak-tembak’ sendiri.
“Sekarang yang salah di mana? Dokter Terawan kesalahannya di mana? Kecuali yang diobati mati kabeh (semua, red). Ini gimana? Yang diobati merasa nyaman, enak, sembuh, berarti ilmunya benar. Kalau benar, kenapa nggak duduk bersama, komunikasi dari IDI, ‘Terawan, kamu itu sebenarnya gimana sih?’ Itu duduk bersama, kerja sama malah lebih bagus, bukan otot-ototan masalah aturan, itu salah. Itu melanggar aturan,” tutur Mulyono.
Kabar soal pemecatan itu mulanya berawal dari Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Dokter Terawan dinilai melakukan pelanggaran etik serius.
“… menetapkan bobot pelanggaran etik kedokteran dr TAP adalah berat (serious ethical misconduct/pelanggaran etik serius),” tulis MKEK dalam salinan surat yang beredar.
“Dan menetapkan sanksi berupa pemecatan sementara sebagai anggota IDI selama 12 bulan dimulai tanggal 26 Februari 2018 sampai dengan 25 Februari 2019 dan diikuti pernyataan tertulis pencabutan rekomendasi izin prakteknya,” lanjutnya.
Sekretaris MKEK dr Pukovisa Prawiroharjo, SpS, mengaku sudah tahu bahwa surat itu beredar luas. Tetapi dia tak dalam posisi membenarkan isi salinan surat itu.
“Jadi sebenarnya tugas dan kewajiban MKEK selesai dengan keputusan. Yang jadi ‘jaksa’ dan ‘polisi’ masuknya ke badan eksekutif. Dalam hal ini bisa ke pengurus IDI pusat atau daerah. Atau terkait dengan perhimpunan dokter spesialis terkaitnya,” tutur dr Pukovisa, Selasa (3/4).
Aburizal Bakrie
Kabar pemecatan ini langsung direspons oleh orang-orang yang merasa disembuhkan oleh dr Terawan. Salah satunya mantan Ketum Golkar Aburizal Bakrie (Ical).
“Ramai diberitakan kabar Kepala RSPAD Mayjen TNI dr Terawan Agus Putranto diberhentikan oleh IDI dengan alasan etik. Metode ‘cuci otak’-nya dipermasalahkan, padahal dengan itu dia telah menolong baik mencegah maupun mengobati puluhan ribu orang penderita stroke,” tulis Ical di Instagram, Selasa (3/4).
Ical adalah salah satu pasien dr Terawan yang merasakan manfaat metode ‘cuci otak’ itu. Dia menyebut presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono, mantan Wapres yang kini jadi anggota Dewan Pengarah BPIP Try Sutrisno, hingga mantan KaBIN AM Hendropriyono pernah ditolong dr Terawan.
“Inilah mengapa saya perlu ikut membela dia. Orang yang dengki terhadap keberhasilan orang lain adalah orang yang tak pandai mensyukuri bahwa Allah telah memberikan kelebihan pada siapa pun yang dikehendakinya,” ungkap dia.
Ical mengimbuhkan tagar #SaveDokterTerawan. Tagar itu kemudian menggema di media sosial hingga hari ini.
Brigjen Krishna Murti
Selain itu, Karo Misi Internasional Divhubinter Polri Brigjen Krishna Murti, SIK, MSi, pernah merasakan terapi dr Terawan. Dia juga memberikan testimoni menyusul kabar pemecatan dr Terawan.
“Saya pernah dilakukan perawatan dengan metode DSA oleh Dokter Terawan di RSPAD Gatot Subroto. Dari sisi medis dll saya tidak paham. Yang saya rasakan adalah kesehatan saya pulih dan lumayan membaik saat itu..,” tulis Krishna dalam akun Instagram-nya, Selasa (3/4).
Dave Laksono
Sore tadi, rombongan Komisi I DPR RI menyambangi RSPAD. Anggota Komisi I DPR RI Dave Laksono meminta Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mencabut pemecatan untuk dr Terawan. Bagi Dave, tak ada yang dilanggar oleh dr Terawan.
“Itu kan bisa merusak nama baik dia, apalagi kita tahu dampaknya dari DSA (digital subtraction angiography) ini sangat bagus. Banyak yang dari Komisi I dan ribuan orang Indonesia (pernah jadi pasien dr Terawan), dari presiden sampai rakyat biasa,” kata Dave, yang juga putra mantan Menko Kesra Agung Laksono.
Melkiades Laka Lena
Dilain pihak Wakil Ketua Komisi IX DPR RI dari Fraksi Golkar Emanuel Melkiades Laka Lena heran mengapa IDI memecat Terawan.
“Tentu kami mendorong agar seluruh inovasi anak bangsa dalam rangka untuk memberikan kontribusi bagi apapun di bidang kesehatan harus dihargai dan diapresiasi. Sehingga tentu Pak Terawan dan orang-orang seperti Pak Terawan yang bergerak di bidang kesehatan memberikan inovasi-inovasi yang baik bagi pengobatan di Tanah Air. Tentunya kita harus memberikan apresiasi dan bukan sanksi, apalagi dalam bentuk pemecatan oleh MKEK IDI ini,” kata Melki kepada wartawan, Sabtu (26/3/2022).
Dia juga menyinggung soal vaksin Nusantara untuk Corona yang dicetuskan oleh Terawan.
“Demikian juga vaksin nusantara sudah banyak juga orang yang pakai dan dirasakan manfaatnya. Tentu hal semacam ini harus betul kita apresiasi dan jangan sampai justru dipakai jadi alasan untuk memecat Pak Terawan karena faktor-faktor yang bisa dikomunikasikan antara MKEK (Majelis Kehormatan Etik Kedokteran) IDI dan dokter Terawan,” jelasnya.
Sufmi Dasco Ahmad
Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad menilai putusan MKEK IDI berbahaya bagi masa depan kedokteran Tanah Air.
“Kenapa putusan ini berbahaya? Terus terang begini, dengan adanya rekomendasi MKEK ini, saya khawatir akan menjadi yurisprudensi bagi masalah serupa di masa yang akan datang, sehingga menyebabkan para dokter kita takut untuk mencoba dan berinovasi dengan berbagai riset-risetnya,” kata Sufmi dalam keterangannya, diSabtu (26/3/2022).
“Saya tegaskan bahwa ini bukan hanya soal Pak Terawan ya. Tetapi ini tentang masa depan dunia kedokteran kita, masa depan dunia farmasi kita, agar lebih mandiri dan berdikari. Jangan sampai sebuah inovasi atau prestasi yang harusnya diapresiasi ini malah diganjar dengan sanksi,” tegas Dasco.
Pimpinan DPR RI itu juga akan meminta kepada Komisi IX untuk merevisi dan mengkaji secara komprehensif terkait dengan UU Praktik Kedokteran dan UU Pendidikan Kedokteran.
Kemudian, evaluasi juga akan dilakukan bagi organisasi profesi kedokteran yang ada dalam UU terkait, agar sesuai dengan aspirasi dan masukan dari masyarakat. “Sehingga IDI dan juga organisasi profesi kedokteran lainnya itu tidak terkesan super-body dan super-power,” tutup Dasco.
Mahfud Md
Menko Polhukam Mahfud Md mengaku pernah menjalani terapi cuci otak oleh dokter Terawan dan divaksin Nusantara.
Meski merasa hasil kerja dokter Terawan bagus, Mahfud tidak bisa memberikan komentar terkait dipecatnya dokter Terawan dari IDI sebab sudah ada mekanisme dan aturan tersendiri. Namun yang terpenting baginya asalah kesembuhan dan imun tubuh meningkat.
“Saya bukan ahli medis, jadi saya tidak bisa menanggapi apa pun terkait pemberhentian Pak Terawan dari IDI. Itu sudah ada aturan dan mekanisme tersendiri.
Saya pernah dua kali cuci otak atau DSA (Digital Subtraction Angiography) ke dokter Terawan, Kalau perasaan saya sih hasilnya bagus, keluhan langsung hilang. Makanya saya sampai dua kali dan yang kedua mengajak istri,” kata Mahfud
Selain pernah terapi dengan dokter Terawan, Mahfud menuturkan dirinya juga mendapat suntikan vaksin Nusantara yang dicetuskan oleh Terawan. Mahfud mengaku usai mendapat vaksin Nusantara, imun tubuhnya meningkat. ujarnya
Habiburokhman
Anggota DPR RI Fraksi Gerindra Habiburokhman turut buka suara terkait pemecatan eks Menkes dr Terawan Agus Putranto merasa
ini heran lantaran metode pengobatan tersebut dipersoalkan IDI. Padahal, menurutnya banyak pihak, termasuk kakaknya dan dirinya, yang merasakan manfaat dari banyak pengobatan dr Terawan.
“Terus terang saya tidak paham detail masalah kedokteran, tetapi saya telah melihat sendiri manfaat program DSA dan vaksin nusantara. Kakak kandung saya yang sempat mengalami sakit kepala bertahun-tahun bisa berkurang signifikan sakit kepalanya setelah menjalani DSA. Saya dan istri juga selamat dari badai COVID-19 karena mendapat vaksin nusantara,” ujarnya.
“Banyak tokoh-tokoh negara ini yang juga mendapatkan manfaat sangat positif secara langsung setelah menjalani proses DSA dan vaksin nusantara,” lanjutnya.