Laka Lena Siap Upayakan Tambahan Anggaran Pusat Untuk Penanganan Stunting di Kabupaten TTU dan TTS

oleh -467 Dilihat
oleh

WAKIL Ketua Komisi IX DPR RI, Melki Laka Lena bersama mitra kerja Perwakilan BKKBN Nusa Tenggara Timur (NTT) mengelar kampanye penurunan stunting di Desa Noepesu Kecamatan Mimafo Barat, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) Selasa (26/4/2022).

Kehadiran Ketua Gokar NTT ini didampingi Bupati TTU Juandi David, Ketua Golkar TTU, Kristo Efi, Wakil Ketua DPRD TTU, Agustinus Tulasi, anggota DPRD Klemens Anin, Sekretaris BKKBN NTT, Margaretha Rumondor , serta rombongan lainnya disambut dengan instrumen khas dari Mimafo Barat yaitu Veku (alat music seruling yang ditiup) dari sejumlah orang tua di depan pintu gerbang lokasi acara Aula Gereja Paroki Sta. Maria Diangkat Ke Surga, Eban.

Bupati TTU Juandi David dalam sambutannya mengatakan upaya penanganan balita stunting di Kabupaten TTU cukup berhasil sehingga dari tahun ke tahun mengalami penurunan cukup signifikan.

Ia menyampaikan, di tahun 2018 balita stunting sebanyak 51, 8 peresen, tahun 2019 turun menjadi 42,6 persen balita stunting, tahun 2020 terdapat 28, 9 persen, dan tahun 2021 balita stunting turun menjadi 25, 3 persen.

“jadi dikonversi secara secara absolut maka jumlah balita yang tergolong stunting, sebanyak 5204 balita dengan rincian yang pendek sekali 3992 balita dan sangat pendek 1212 balita,” jelas Bupati David.

Ketua Wantim Golkar TTU ini menjelaskan, balita stunting disebabkan atau awalnya dari suami istri atau pemuda-pemudi yang mau menikah tidak ada persiapan sehingga korbannya saat anak lahir mengalami stunting. Untuk mengatasi masalah ini , Bupati David mengatakan, Pemeritah TTU saat ini telah bersurat kepada semua pastor paroki supaya jika ada kursus pernikahan harus melibatkan pemerintah terutama dari BKKBN supaya bisa memberikan penyuluhan atau sosialsasi tentang kesiapan menikah yang harus disiapkan secara baik.

Bupati David juga melaporkan secara khusus kepada wakil Ketua Komisi IX bahwa Pemerintah TTU telah bekerja sama dengan Forkopimda dan aneka elemen masyarakat untuk terus meningkatkan kegiatan vaksinasi , menurunkan angka balita stunting dan mencegah penularan covid-19.

“Jadi Bapa Melki, kami di Kabupaten Timor Tengah Utara, kami dari unsur Forkopimda juga selalu rapat, selalu turun untuk melihat secara dekat, memberikan penyuluhan secara dekat kepada masyarakat untuk bagaimana caranya supaya kita bisa menurunkan stunting dan bisa menjaga vaksinasi sisa beberapa persen ini bisa dihabiskan,” jelasnya.

Sementara Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, dalam pemaparan materinya menjelaskan bahwa Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi provinsi dengan persentase balita stunting tertinggi nasional yaitu 42,7 persen dan dua kabupaten/ kota dengan prevalensi stunting tertinggi adalah Timor Tengah Selatan (TTS) 48,3% dan menyusul Timor Tengah Utara (TTU), 46,7%.

Wakil Ketua Komisi IX DPR RI juga berjanji akan mengupayakan anggaran di pusat untuk dibawah ke kabupaten TTS dan TTU untuk mengurus penanganan stunting di wilayah ini.

“Saya akan secara khusus untuk membantu di TTU dan TTS ini agar semaksimal mungkin stempel nasional terkait dengan angka stunting yang tinggi ini harus dibarengi juga dengan bagaimana pusat membantu agar TTU ini juga bisa dapat dukungan dana untuk angka stunting. Saya berkepentingan untuk mengupayakan agar anggaran pusat, program pusat dari berbagai kementrian lembaga ini yang bisa dibawah ke TTU, maka kita bawah ke sini. Sehingga mengurangi beban anggaran daerah yang dipake sangat banyak untuk urusan stunting. Jadi saya minta gambaran proposal untuk permintaan kue dari pusat ini bisa kami peroleh dari bapa ibu dari Timor Tengah Utara untuk diteruskan pa bupati kepada kami di Jakarta” ungkap Melki.

Dalam acara tersebut Melki juga secara khusus menyuap asupan gizi berupa bubur kacang hijau untuk bayi stunting, juga memeberikan bantuan makanan tambahan untuk balita stunting dan Ibu Hamil, bantuan rapid antigen untuk puskesmas, gereja, TNI & Polri, serta bantuan genzet dan uang tunai untuk gereja paroki Eban.

Sementara Sekretaris Perwakilan BKKBN NTT, Margaretha Rumondor menjelaskan, saat ini Prevalensi Stunting Provinsi NTT masih berada pada urutan 1 dari 34 Provinsi se-Indonesia, namun mengalami penurunan sebesar 9,1%, penurunan yang signifikan dibandingkan dengan rata-rata angka penurunan stunting secara nasional.

Ia menambahkan, dari 22 kabupaten Kota se Provinsi NTT, Hasul Riskesdas tahun 2013 sampai dengan 2018, peningkatan stunting tertinggi yaitu di Kabupaten Timor Tengah Utara (16,9 %) dari 39,9 % menjadi 56,8 % dan kabupaten dengan penurunan stunting tertinggi yaitu Kabupaten Ngada sebesar 27,6 % atau dari 62,2 % turun menjadi 34,7 % dan kabupaten yang tidak mengalami perubah prevalensi stunting yaitu Kabupaten Malaka (43,0 %) karena pada periode sebelumnya masih tergabung dengan Kabupaten Belu.

“Berdasarkan Riskesdas 2013 dan 2018 terdapat 18 Kabupaten/kota yang mengalami penurunan prevalensi stunting, Kabupaten Ngada mengalami penurunan prevalensi stunting terbesar yaitu sebesar 27,5% dan Kabupaten yang mengalami kenaikan prevalensi stunting terbesar adalah Kabupaten Timor Tengah Utara Sebesar 16,9%”, jelas Margaretha.

Margaretha Rumondor juga menjelaskan bahwa stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.

Untuk itu ia mengingatkan agar pemenuhan gizi di 1000 HPK sangat penting, sebab jika tidak dipenuhi asupan nutrisinya, maka dampaknya pada perkembangan anak akan bersifat permanen.

“Pada masa dalam kandungan, seorang ibu harus memiliki status gizi yang baik sebelum atau selama mengandung, pastikan ibu juga tidak menderita anemia. Selama hamil ibu harus makan makanan bergizi seimbang, suplemen zat besi (Fe), asam folat dan vitamin C. Hal ini untuk mencegah anemia. Kontrol rutin selama hamil kehamilan diperlukan untuk memastikan keadaan ibu dan janin dalam keadaan sehat. Menjelang melahirkan ibu juga sudah harus mendapatkan informasi tentang meyusui dan pentingnya ASI,” jelasnya.

Bayi baru lahir, lanjut Margaretha, harus mendapat IMD (inisiasi menyusui dini) dan ASI Eksklusif. Pada umur 6 bulan selain ASI mulai diberi MPASI (Makanan pendamping ASI). Umur 8-24 bulan lanjutkan ASI dan beri makanan sesuai dengan kemampuan bayi. Makanan ini harus mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Sumber karbohidrat yaitu nasi, ubi, kentang, jagung, mie, roti. Sumber protein yaitu ikan, ayam, daging, telur, tahu, tempe, kacan-kacangan. Sumber lemak antara lain minyak goreng, margarin, mentega dan santa. Sedangkan sumber mineral dan vitamin adalah buah-buahan dan sayur-sayuran.

“Dengan terpenuhinya gizi seimbang sejak dalam kandungan maka stunting bisa dicegah sejak dini, lahir generasi penerus bangsa yang sehat dan berprestasi,” tutupnya. (go)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *