Legislator NTT dan BKKBN Gelar Kampanye Cegah Stunting

oleh -316 Dilihat
oleh

Foto: Kepala Perwakilan BKKBN NTT, Marianus Mau Kuru

WAKIL Ketua Komisi IX DPR RI Emanuel Melkiades Laka Lena ( MLL ) bersama mitra kerjanya BKKBN melakukan kampanye percepatan penurunan stunting di Gereja Kefas, Oto’ Dusun A Desa Se’I, Kecamatan Kolbano, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Jumat (17/6/2022).

Turut hadir dalam acara ini Kepala Perwakilan BKKBN NTT, Marianus Mau Kuru, Kepala Desa beserta perangkat desa, ketua majelis jemaat Kefas Leon, serta tokoh masyarakat, tokoh agama, kader posyandu dan masyarakat.

Kehadiran Ketua DPD I Golkar NTT, melalui Virtual mengatakan BKKBN sebagai mitra kerja bersama – sama melakukan kampanye penurunan stunting yang merupakan salah satu upaya pengentasan stunting yang dicanangkan oleh pemerintah RI untuk mencapai target penurunan 10% prevalensi stunting nasional dari 24,4% maka perlu kerja keras untuk mencapai 14 persen, dengan rata-ratanya per tahunnya 2,7 persen.

Berkaitan stunting adalah kondisi ketika anak lebih pendek dibandingkan anak-anak lain se-usianya, atau dengan kata lain, tinggi badan anak berada di bawah standar pada usianya. Yang diakibatkan oleh kekurangan gizi pada balita yang berlangsung lama. Dimana sejak konsepsi kehamilan hingga hingga usia anak pada dua tahun yang menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak. katanya

Hal tersebut MLL jelaskan dampak stunting pada tingkat individu yakni terhambatnya perkembangan otak dan fisik, di tingkat masyarakat dan negara, stunting dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan angka kemiskinan dan kesakitan sehingga menjadi beban bangsa.

Maka dari itu, untuk menekan stunting lebih awal masyarakat perlu memahami tentang kesehatan reproduksi mulai dari remaja hingga pada tahapan kehidupan manusia, selain itu perlunya pemenuhan gizi sejak hamil.

Tindakan yang relatif ampuh dilakukan untuk mencegah stunting pada anak adalah selalu memenuhi gizi sejak masa kehamilan “. Selain gaungkan stunting dan pencegahannya, sosialisasi bersama mitra tersebut Ia juga seruhkan remaja untuk menikah pada usia ideal 21 tahun wanita dan 25 tahun remaja pria. Ucap MLL

Kepala Perwakilan BKKBN NTT Marianus Mau Kuru pada kesempatan itu mengatakan, penanganan stunting tidak terpaku pada bayi yang sudah terlahir stunting, tapi juga lebih banyak fokus pada mereka yang baru akan menikah atau Calon Pengantin, agar mereka dapat merencanakan kehamilan dari sebelum menikah sehingga calon pengantin dapat menyiapkan kondisi yang baik agar terjadi kekurang gizi, anemia, kemudian juga memperhatikan jarak antar melahirkan agar tidak terjadinya stunting.

BKKBN juga melakukan mengoptimalkan pelayanan melalui kader posyandu, dan juga melakukan penanganan dari hulu ke hilir. Dimulai dari sebelum anak lahir, yakni saat para ibu atau pasangan usia subur merencanakan akan menikah, mereka harus dicek kesehatannya.

Meningkatnya angka stunting juga karena bayi yang terlahir normal akan tetapi tumbuh dengan kekurangan asupan gizi sehingga menjadi stunting, karena tidak medapatkan ASI dengan baik, kemudian asupan makanannya tidak cukup,” ungkap Marianus.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *