Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Melki Laka Lena sosialisasi empat pilar kebangsaan di kota Kupang, Kamis (18/5/2023).
KUPANG — Setahun menjelang Pemilu 2024, masyarakat perlu mewaspadai manipulasi opini publik melalui politik identitas. Pola-pola yang dilakukan umumnya dengan menyebarkan rumor hingga ujaran kebencian. Hal ini berdampak pada berkembangnya diskusi yang tidak produktif serta berpotensi menyebabkan disharmoni dan kekerasan.
Politisi Golkar NTT Dapil 2 NTT mengajak masyarakat NTT untuk menghindari politik identitas dalam Pilkada, Pileg maupun Pilpres mendatang karena menggerogoti nilai – nilai kebangsaan.
Demikian disampaikan Wakil Ketua Komisi DPR RI, Emanuel Melkiades Laka Lena saat melakukan sosialisasi empat pilar kebangsaan (Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika) di Gereja GMIT Eden Kisbaki, Kelurahan Manutapen, Kecamatan Alak, Kota Kupang, Kamis (18/5/2023).
Menurut Melki, politik identitas biasa digunakan oleh oknum atau pihak tertentu di Pilpres, Pileg juga di Pilkada dengan menampilkan identitas suku, agama marga dan segala macam identitas lainnya.
“Menjadi tidak biasa ketika politik identitas ini masuk pada wilayah – wilayah yang menggerogoti nilai kebangsaan kita. Ini yang bahaya. Ini yang kita hindari agar jangan sampai kejadian lagi kasus Jakarta itu orang menang itu karena pakai politik identitas. Cukup sudah model begitu. Kita jaga betul agar nanti di Pilkada – Pilkada ke depan di NTT, juga di Pileg, Pilpres ini, jangan lagi kejadian ini terulang kembali,” ajak Melki.
Lebih lanjut Melki mendorong agar Pendidikan Moral Pancasila (PMP) kembali dimasukan dalam kurikulum pendidikan nasional bangsa Indonesia.
“Kami juga dorong terus agar Pendidikan Moral Pancasila ini maupun substansi yang sama seperti ini itu harus masuk dalam kurikulum pendidikan nasional kita. Kita minta agar Menteri Pendidikan agar masukan kembali Kurikulum Pancasila itu dalam kurikulum pendidikan kita mulai dari SD sampai perguruan tinggi,”
Pada kesempatan yang sama Direktur Rumah Perempuan Kupang, Libby Sinlaeloe, mengajak semua pihak untuk mempraktekkan nilai – nilai dalam empat pilar kebangsaan dimulai dari dalam keluarga.
“Kita semua sebagai keluarga, sebagai masyarakat, gereja, kita menjaga persatuan dan kesatuan bangsa itu melalui, bagaimana kita membangun hubungan yang harmonis, relasi yang adil antara perempuan dan laki – laki, orang tua dan anak sehingga kita juga dapat meminimalisir perpecahan, “ ajak Libby.
Sementara Pendeta Evi Lewaherila, mengatakan program sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan harus sering karena akan membantu masyarakat untuk mengingat kembali tentang pilar – pilar kebangsaan dan mengerti tentang identitas kita sebagi bangsa Indonesia.
“Dan itu sebabnya program seperti ini harus selalu disosialisasikan, supaya kita paham akan keberadaan kita untuk selanjutnya menjadi warga negara yang baik, warga bangsa yang bisa saling mendukung, warga bangsa yang bisa saling untuk mengenal dan memberi diri untuk bekerja dalam kepentingan bangsa dan Negara,” sebut Pendeta Evi. (*)