Wiji Thukul
KASUS penculikan 1998 masih terus menjadi fokus perjuangan Fitri Nganthi Wani, anak dari salah satu korban penculikan sekaligus penyair, Wiji Thukul. Dia akan terus berjuang untuk mencari keadilan.
Fitri mengatakan pencarian misteri kehilangan ayahnya akan terus dilakukan meski Prabowo Subianto terpilih menjadi Presiden. Prabowo ini sebagai orang yang disebut-sebut dalang penculikan belasan aktivis 98.
“Sudah sangat jelas untuk kubu nomor satu, nggak. Siapa sih yang mau kita dukung orang yang pernah menyakiti kita yang pernah merenggut keluarga kita yang pernah terlibat dalam masalah kemanusiaan. Kalau kita berada di posisi korban, nggak akan ada yang mau berbalik arah mendukung mereka,” kata Fitri dalam acara jumpa pers keluarga korban pelanggaran HAM di Cikini Jakarta, Senin (23/6).
Fitri takut masa militeristik akan terulang jika Prabowo terpilih menjadi Presiden. “Ada kemungkinan juga nanti ada yang hilang di antara kami. Ada yang diculik lagi, ada yang diracun lagi. Ada yang dibuat takut dan kemudian bungkam. Itu sudah ada di bayangan kami semua,” jelasnya.
Fitri saat ini aktif menjadi penulis puisi meneruskan perjalanan ayahnya. Ia juga sering menampilkan musikalisasi puisi dari karya Wiji Thukul bersama adiknya, Fajar Merah.
Sementara itu Fahmi Habcyi menciptakan puisi tentang Wiji Thukul, penyair kiri asal Solo yang menghilang bak ditelan bumi sejak 1998. Pria bernama asli Wiji Widodo ini diduga menjadi korban penculikan dan pembunuhan yang dilakukan militer kala itu.
“Sajak ini hanya mewakili suara hati Siti Dyah atau Mbak Sipon, istri Wiji Thukul, yang sangat menderita dan berharap suaminya kembali,” katanya kepada Tempo, Sabtu, 19 April 2014.
Fahmi sebelumnya menciptakan puisi politik berjudul “Pemimpin Tanpa Kuda”, “Rempong”, dan “Aku Iso Opo”. Ketiganya merupakan balasan atas puisi bikinan Fadli Zon, loyalis Prabowo, yang terakhir meluncurkan puisi “Raisopopo”.
Menurut salah satu pendiri kelompok Kader dan Simpatisan PDI Perjuangan Pro-Jokowi (Projo) ini, sejarah tak akan lupa bahwa “biji” perlawanan yang ditanam oleh Wiji Thukul akan membuahkan hasil. Hasilnya berupa kebebasan dan demokrasi yang sekarang dinikmati para elite dan pemimpin politik. “Jangan sampai sejarah kelam itu terulang lagi,” ucap Fahmi, yang juga aktivis 1998 dari Universitas Indonesia ini. (Baca: Joko Widodo Resmikan Rumah Jokowi)
Berikut ini adalah puisi “Kembalikan Mas Wiji” ciptaan Fahmi Habcyi:
KEMBALIKAN MAS WIJI….
Kau rebutnya dari pangkuanku
Di tengah semangatnya yang menghunjam bumi
Kau buang dirinya dari ibu pertiwi
Di tengah kata-katanya membuatmu bergetar
Kau pikir dia menghilang
Di tengah malam bergerak
Susuri jiwa-jiwa muda yang berteriak melawan
Tak akan bisa suara dibungkam
Walau jasadnya kau benam
Kau pikir dia telah tiada
Di tengah siang membara
Tak akan bisa kata ditindas
Walau satria berkuda mengempas
Kau butakan mata kanannya
Kau patahkan tulang-tulangnya
Batinnya tak pernah tidur
Rangkanya tak pernah rapuh
Kau salah, kau pikir
Dia tak pernah dipecat oleh sejarah
Juga tak pernah lari dari negeri
Kau tahu arti wiji?
Buahnya pun kalian nikmati
Walau ditabur digurun yang mati
Kembalikan Mas Widji!
Atau kau pun tak berhak kembali
Bubar jalan !!!
Ragunan, 19 April 2014.