MANTAN Gubernur NTT, Viktor Laiskodat berpotensi lolos ke DPR RI, Senayan, setelah koleganya sesama caleg NasDem di daerah pemilihan (Dapil) NTT II Ratu Ngadu Bonu Wulla memutuskan mundur dari pencalonan.
Masyarakat kembali mengingat dinamika politik Partai Nasdem lima tahun lalu ketika Kristiana Muki, anggota DPR RI terpilih di Pemilu 2019 akhirnya mengundurkan diri pada 23 September 2020 karena maju dalam Pilkada Timor Tengah Utara (TTU) meski pada akhirnya istri mantan Bupati TTU, Raymundus Sau Fernandez itu gagal.
Posisi Kristiana Muki pada waktu itu kemudian diganti oleh Yakobus Jacki Uly.
Berbeda dengan Kristiana Muki, Ratu Wulla mengatakan kepada media bahwa pengunduruan dirinya tidak terkait dengan Pilkada Sumba Barat Daya (SBD).
Dia mengungkapkan bahwa ada penugasan lain dari Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh. Namun dia tidak menyebut secara spesifik bentuk penugasan seperti apa.
“Iya benar karena ada penugasan lain dari Ketum Partai Nasdem Pak SP (Surya Paloh),” katanya dikutip dari beberapa sumber.
Ratu Wulla menampik isu bahwa dia akan maju di Pilkada SBD November 2024 nanti. Dia menyatakan bahwa suaminya, Markus Dairo Talu (MDT) yang akan maju.
“Pilkada SBD tetap Bapak MDT yang maju, saya penugasan lain,” ucapnya.
Sebagai petahana DPR RI, Ratu Wula kembali lolos ke Senayan pada Pemilu 2024 dengan mengumpulkan suara sebanyak 76.331 suara di Dapil NTT 2. Dia berhasil melengserkan Viktor Bungtilu Laiskodat, rekan separtainya, yang juga maju setelah purna tugas sebagai Gubernur NTT.
Dalam Pemilu 14 Februari lalu, Viktor berada di urutan kedua dengan 65.359 suara. Karena Nasdem hanya mencapai satu kursi, maka Viktor praktis gagal melenggang ke Senayan.
Namun dengan pengunduran diri Ratu Wulla, maka Viktor Laiskodat yang akan menggantikan posisinya dari NTT Dapil 2.
Sesungguhnya, dari rekam jejak Ratu Wulla selama menjadi anggota DPR RI, orang Sumba, khususnya Sumba Barat Daya ingin memiliki wakil seperti Ratu di tingkat pusat untuk menyuarakan kepentingan-kepentingan mereka. Buktinya, dari SBD saja Ratu mengantongi 61 ribu lebih suara. Hampir di semua TPS di SBD, Ratu Wulla terbilang digdaya.
Sangat beralasan mereka kecewa. Kalau memang ada pikiran untuk kursi Bupati, mengapa harus ikut dalam Pileg? Andai Ratu tidak ikut Pileg, masyarakat bisa memilih sosok orang Sumba yang lain, yang bisa mewakili aspirasi mereka.
Secara etik, Ratu Wula telah mengabaikan kepercayaan rakyat yang telah memberikan suara kepadanya. Ini merupakan preseden buruk terhadap perilaku politisi caleg yang tidak menghargai suara rakyat.
Sekarang, dengan mengundurkan diri, Ratu mengulurkan kursi untuk Victor yang nyata-nyata tidak dikehendaki oleh sebagian besar orang Sumba. Itu terbukti dari suara yang dia peroleh dari 4 kabupaten di Sumba yang hanya 14.122. Ini jumlah yang tidak menggembirakan hati Victor.
Lalu dengan suara yang “hanya” segitu, Victor akan melayani orang Sumba seperti Ratu Wulla? Sebaiknya jangan terlalu bermimpi.