KUPANG – Peta koalisi partai politik yang mengusung calon Calon Gubernur (Cagub) untuk Pilkada 2024 berubah. Terutama setelah Partai Gerindra resmi mendukung Ketua Partai Golkar NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena sebagai Cagub NTT.
Sebelumnya, Pilkada NTT diprediksi akan diikuti empat koalisi Partai Politik (Parpol), yakni PDIP, Golkar, Gerindra, dan NasDem. Meski ada pergeseran peta koalisi, dukungan bagi masing-masing Calon Gubernur NTT, yakni Melkiades Laka Lena, Anzy Lema, dan Simon Kamlasi tetap memungkinkan ketiganya memiliki suara yang memenuhi syarat ambang batas pencalonan Gubernur dan Cawagub sebagaimana diatur dalam Pasal 222 UU Pemilu.
Pengamat politik Universitas Muhamadiyah Kupang, Dr. Ahmad Atang menyebutkan, dukungan Partai Gerindra kepada Melki Laka Lena membuyarkan asumsi bahwa Gerindra akan membangun koalisi sendiri. Analisis tersebut wajar karena sebagai partai besar yang berkuasa dan memiliki kader, Gerindra tentu ingin membuat kendaraan sendiri.
“Namun fakta politik justru Gerindra mau berkoalisi dengan Golkar untuk mendorong Melki Laka Lena,” ujar Ahmad Atang dilansir RakyatNTT.com, Selasa (23/7/2024).
Menurut Ahmad Atang, dengan bergabungnya Gerindra ke Partai Golkar, maka praktis pasangan yang bakal bersaing di Pilkada NTT bisa jadi hanya tiga paslon. Yakni, Ansy Lema (PDIP), Melki Laka Lena (Golkar – Gerindra) dan Simon Kamlasi (Nasdem).
“Masih ada partai yang belum menentukan arah koalisi, seperti PAN, PSI, Demokrat, Hanura, PKB, PKS dan Perindo. Partai-partai ini tidak akan memunculkan figur baru sebagai Cagub,” sebut Wakil Rektor Universitas Muhammadiyah Kupang itu.
Pilkada NTT, lanjut Ahmad Atang, juga tidak tertutup kemungkinan hanya diikuti dua pasangan calon. Ini terjadi apabila partai-partai yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) tetap solid.
“Kemungkinan head to head akan terjadi manakala praktik Koalisi Indonesia Maju (KIM) di Pilpres diadopsi untuk membangun koalisi di Pilgub NTT. Kalau KIM solid, maka akan bergabung Golkar, Gerindra, Demokrat, PAN dan PSI,” tandasnya.
“Tersisa hanya PDIP, Nasdem, PKB, Hanura, PKS dan Perindo. Jika KIM bermanuver menarik salah satu seperti PKB atau Hanura untuk masuk, maka partai-partai tersisa tidak bisa memunculkan dua pasangan calon karena kursi tidak mencukupi,” sambung Ahmad Atang.
Di akhir wawancara dengannya, Ahmad mengatakan, semua dinamika masih bersifat tentatif. Pasalnya, sampai saat ini belum koalisi permanen.
“Dengan demikian masih terbuka untuk empat, tiga dan dua pasangan calon,” pungkasnya.
Untuk diketahui, Golkar dan Gerindra sama-sama punya 9 kursi di DPRD NTT. Dengan demikian koalisi dua partai ini sudah melebihi syarat minimal 20 persen untuk mengusung calon kepala daerah.
Kendati sudah memenuhi ambang batas pencalonan, Golkar-Gerindra punya pekerjaan rumah yakni mencari pasangan yang tepat untuk Melki Laka Lena. Selain itu, koalisi dua partai ini juga intens membangun komunikasi politik dengan sejumlah partai. Terlebih partai-partai yang ada dalam KIM, seperti Demokrat (7 kursi), PSI (6 kursi) dan PAN (4 kursi). Di luar KIM, Golkar membangun komunikasi dengan PKB (7 kursi).
Sementara PDIP yang menjagokan Yohanis Fransiskus Lema kini masih membangun komunikasi intens dengan PKB (7 kursi), Hanura (4 kursi) dan PAN (4 kursi). Partai pemenang Pileg di NTT dengan 9 kursi itu masih butuh tambahan minimal 4 kursi agar langkah Ansy Lema tidak terhenti. Di tengah penjajakan koalisi, belakangan berhembus kabar bahwa PKB bakal mengikuti langkah politik Gerindra.
Sama halnya dengan PDIP, NasDem juga tengah menjajaki koalisi untuk memuluskan langkah Simon Petrus Kamlasi dan Adrianus Garu, paslon yang mereka rekomendasikan untuk maju di Pilkada NTT.