ENDE – Keterlibatan pelajar siswi utusan dua sekolah di Ende, jadi pemandangan indah dalam pementasan tarian daerah lengkap mengenakan busana adat (Lawo dan Lambu) pada acara penjemputan para Uskup di Bandara Hj. Hasan Aroeboesman Ende.
Kolaborasi pelajar sekolah MAN Ende dan SMAK St. Thomas Morus mengatraksikan tarian daerah diacara penjemputan. Hal ini diungkapkan Kepala sekolah MAN Ende Tahrun Thalib, saat ditemui di ruang kerjanya. Rabu, 21/08/2024
Tarian adat dalam kolaborasi pelajar siswi, menjadi simbol dari sikap toleransi umat beragama, untuk pentasan tarian daerah dengan gerakan seragam.
Lanjutnya, ditengah keberagaman Suku, Ras dan, Agama, perlu ada kesamaan persepsi, kaitan toleransi beragama yang telah diwariskan para pendahulu yang luar biasa untuk kita. Sehingga, generasi muda sekarang perlu kita jaga, agar hubungan antar sesama saudara berjalan baik.
“Jadi persaudaraan sebagai individu manusia, pasti membutuhkan individu lain atau membutuhkan komunitas. Soal beragama kembali dengan cara meyakini sesuai ajaran masing masing”, ungkapnya
Secara terpisah, RD. Reginald Piperno mengatakan, moto tahbisan Mgr. Paul Budi Kleden Uskup Keuskupan Agung Ende (KAE) “Peliharalah Kasih Persaudaraan”, melalui itu, panitia merancang acara penjemputan hingga acara misa pontifikal.
Dikatakannya, wilayah pelayanan KAE mencakup tiga kabupaten, yang berada dalam keberagaman baik budaya maupun agama. Karena itu tahbisan Uskup baik dari penjemputan sampai misa pontifikal dirantai dalam keberagaman agama dan budaya.
Setelah didiskusikan, lanjutnya, para tokoh agama di Ende sangat antusias bahkan ada yang mengatakan Uskup ini adalah Uskup kita semua. Salain itu, penjemputan para uskup di bandara penarinya kolaborasi pelajar siswi MAN dan SMAK Thomas Morus untuk menunjukan Ende sesungguhnya kota toleransi.
“Kami hidup dalam persaudaraan dan toleransi”, pungkasnya.
